Homeschooling Jakarta, Berasal dari kata Yunani hodos, yang berarti ‘rute’ atau ‘jalan’, ‘sekolah’ dengan tepat menggambarkan tindakan belajar. Belajar tetap menjadi konsep yang valid bahkan ketika materi pelajaran hanya melibatkan diri sendiri – dengan kata lain, pendidikan mandiri.
Di Roma kuno, sekolah mengacu pada institusi yang mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Hari ini, ketika kita mengacu pada sekolah, kita biasanya mengartikan pendidikan formal yang ditawarkan oleh sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.
Namun, menurut kami sendiri, mendidik anak-anak kami menawarkan segudang manfaat bagi seluruh keluarga. Perbedaan utama lainnya antara homeschooling dan sekolah tradisional adalah bahwa penilaian dilakukan secara berkala daripada setiap kali pelajaran terjadi.
Sekolah konvensional menggunakan ujian untuk menentukan apakah siswa mereka telah mempelajari apa yang seharusnya mereka ketahui. Sebaliknya, ketika orang tua mendidik anak-anak mereka di rumah, mereka dapat menilai bagaimana siswa mereka melakukannya melalui belajar mandiri atau instruksi langsung daripada tes eksternal.
Metode ini memberi orang tua jauh lebih banyak kendali atas pendidikan anak-anak mereka daripada lembaga eksternal yang mendikte pilihan mereka. Ketika orang tua merencanakan masa depan anak-anak mereka, mereka harus mempertimbangkan beberapa faktor.
Pertama dan terpenting adalah bakat dan minat anak dalam materi pelajaran. Berikutnya adalah kesehatan dan usia anak karena anak yang lebih besar membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelartikelkan studinya. Lingkungan sosial dan rumah anak – serta gurunya – juga memengaruhi kebiasaan hidupnya sehari-hari.
Pada akhirnya, memilih mode sekolah harus didasarkan pada apa yang paling sesuai dengan situasi anak dan keluarga masing-masing.
Homeschooling berbeda dari sekolah konvensional dalam beberapa hal.
Pertama, di sebagian besar sekolah, siswa mengikuti kurikulum yang ditetapkan dengan sedikit atau tanpa fleksibilitas.
Sebaliknya, ketika orang tua mendidik anaknya, mereka memiliki kebebasan untuk memilih topik apa pun yang mereka sukai dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Misalnya, jika salah satu orang tua ingin putrinya menekuni ilmu komputer sementara yang lain lebih menyukai seni, keduanya dapat setuju untuk mengakomodasikan anaknya dalam mata pelajaran apa pun yang mereka inginkan.
Karena masing-masing mata pelajaran ini mencakup materi yang berbeda dengan cara yang berbeda, tingkat kontrol orang tua ini membebaskan gagasan pendidikan di setiap tingkat perkembangan.
Memilih bentuk pendidikan formal bisa menjadi pengalaman yang mengasyikkan bagi keluarga jika mereka mendekatinya dengan ketenangan dan pKalianngan jauh ke depan.
Pertimbangan termasuk bakat dan minat individu versus persyaratan eksternal, penilaian berkala versus evaluasi langsung dan interaksi keluarga versus sosialisasi dengan teman sebaya.
Berdasarkan faktor-faktor ini – serta faktor lainnya yang mungkin berlaku untuk setiap situasi keluarga – keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang cara terbaik mempersiapkan anak-anak mereka untuk kehidupan dewasa dalam mata pelajaran apa pun yang paling menarik bagi mereka.
Salah satu kelemahan dari homeschooling adalah membatasi interaksi keluarga karena sebagian besar remaja menginginkan sosialisasi dengan anak-anak lain seusia mereka dalam keadaan yang sama.
Saat memilih bentuk sekolah untuk anak-anak mereka, orang tua perlu mempertimbangkan kerugian ini dengan keuntungan membatasi interaksi sosial itu sendiri.
Misalnya, beberapa keluarga merasa bermanfaat untuk memberikan tugas rumah seperti penyelartikelan pekerjaan rumah sehingga waktu keluarga tetap tidak terganggu selama jam belajar. Selain itu, keluarga yang tinggal terlalu jauh dari sekolah untuk bepergian dapat mengambil manfaat dari membatasi interaksi keluarga selama jam belajar sehingga mereka dapat memusatkan perhatian penuh pada akademisi.
Pada akhirnya, memutuskan gaya mana yang paling cocok untuk setiap keluarga bergantung pada prioritas individu dan kebutuhan interaksi keluarga.